Selasa, 12 Januari 2010

Fiqih atau fiqh (bahasa Arab:ﻓﻘﻪ) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.[1] Beberapa ulama fiqih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.

Fiqih membahas tentang cara bagaimana cara tentang beribadah, tentang prinsip Rukun Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat 4 mazhab dari Sunni, 1 mazhab dari Syiah, dan Khawarij yang mempelajari tentang fiqih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fiqih disebut Faqih.Etimologi

Dalam bahasa Arab, secara harfiah fiqih berarti pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal. Beberapa ulama memberikan penguraian bahwa arti fiqih secara terminologi yaitu fiqih merupakan suatu ilmu yang mendalami hukum Islam yang diperoleh melalui dalil di Al-Qur'an dan Sunnah. Selain itu fiqih merupakan ilmu yang juga membahas hukum syar'iyyah dan hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, baik itu dalam ibadah maupun dalam muamalah.[1]Sejarah Fiqih
[sunting] Masa Nabi Muhammad saw

Masa Nabi Muhammad saw ini juga disebut sebagai periode risalah, karena pada masa-masa ini agama Islam baru didakwahkan. Pada periode ini, permasalahan fiqih diserahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad saw. Sumber hukum Islam saat itu adalah al-Qur'an dan Sunnah. Periode Risalah ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu periode Makkah dan periode Madinah. Periode Makkah lebih tertuju pada permasalah akidah, karena disinilah agama Islam pertama kali disebarkan. Ayat-ayat yang diwahyukan lebih banyak pada masalah ketauhidan dan keimanan.

Setelah hijrah, barulah ayat-ayat yang mewahyukan perintah untuk melakukan puasa, zakat dan haji diturunkan secara bertahap. Ayat-ayat ini diwahyukan ketika muncul sebuah permasalahan, seperti kasus seorang wanita yang diceraikan secara sepihak oleh suaminya, dan kemudian turun wahyu dalam surat Al-Mujadilah. Pada periode Madinah ini, ijtihad mulai diterapkan [2], walaupun pada akhirnya akan kembali pada wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw.
[sunting] Masa Khulafaur Rasyidin

Masa ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad saw sampai pada masa berdirinya Dinasti Umayyah ditangan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Sumber fiqih pada periode ini didasari pada Al-Qur'an dan Sunnah juga ijtihad para sahabat Nabi Muhammad yang masih hidup. Ijtihad dilakukan pada saat sebuah masalah tidak diketemukan dalilnya dalam nash Al-Qur'an maupun Hadis. Permasalahan yang muncul semakin kompleks setelah banyaknya ragam budaya dan etnis yang masuk ke dalam agama Islam.

Pada periode ini, para faqih mulai berbenturan dengan adat, budaya dan tradisi yang terdapat pada masyarakat Islam kala itu. Ketika menemukan sebuah masalah, para faqih berusaha mencari jawabannya dari Al-Qur'an. Jika di Al-Qur'an tidak diketemukan dalil yang jelas, maka hadis menjadi sumber kedua . Dan jika tidak ada landasan yang jelas juga di Hadis maka para faqih ini melakukan ijtihad.[1]

Menurut penelitian Ibnu Qayyim, tidak kurang dari 130 orang faqih dari pria dan wanita memberikan fatwa, yang merupakan pendapat faqih tentang hukum.[3]
[sunting] Masa Awal Pertumbuhan Fiqih

Masa ini berlangsung sejak berkuasanya Mu'awiyah bin Abi Sufyan sampai sekitar abad ke-2 Hijriah. Rujukan dalam menghadapi suatu permasalahan masih tetap sama yaitu dengan Al-Qur'an, Sunnah dan Ijtihad para faqih. Tapi, proses musyawarah para faqih yang menghasilkan ijtihad ini seringkali terkendala disebabkan oleh tersebar luasnya para ulama di wilayah-wilayah yang direbut oleh Kekhalifahan Islam.

Mulailah muncul perpecahan antara umat Islam menjadi tiga golongan yaitu Sunni, Syiah, dan Khawarij. Perpecahan ini berpengaruh besar pada ilmu fiqih, karena akan muncul banyak sekali pandangan-pandangan yang berbeda dari setiap faqih dari golongan tersebut. Masa ini juga diwarnai dengan munculnya hadis-hadis palsu yang menyuburkan perbedaan pendapat antara faqih.

Pada masa ini, para faqih seperti Ibnu Mas'ud mulai menggunakan nalar dalam berijtihad. Ibnu Mas'ud kala itu berada di daerah Iraq yang kebudayaannya berbeda dengan daerah Hijaz tempat Islam awalnya bermula. Umar bin Khattab pernah menggunakan pola yang dimana mementingkan kemaslahatan umat dibandingkan dengan keterikatan akan makna harfiah dari kitab suci, dan dipakai oleh para faqih termasuk Ibnu Mas'ud untuk memberi ijtihad di daerah di mana mereka berada.[1]
Ijmā' (إجماع) is an Arabic term referring ideally to the consensus of the ummah (the community of Muslims, or followers of Islam).

The hadith of Muhammad which states that "My community will never agree upon an error" is often cited as support for the validity of ijmā'. Sunni Muslims regard ijmā' as the third fundamental source of Sharia law, after the divine revelation of the Qur'an, the prophetic practice or Sunnah. The analogical reasoning or qiyas is described as fourth source in Sunni Islam, whereas Shi'a Islam uses 'aql (intellect). Many conservative Muslim writers have claimed that the use of ijmā' makes Islamic law compatible with democracy. Usuli Shia accepts ijmā' under restricted conditions as a source of Islamic law. Technically it is “the unanimous doctrine and opinion of the recognized religious authorities at any given time”.

Various proponents of liberal movements within Islam criticize the traditional view that ijmā' is only a consensus among traditional Islamic scholars (Arabic ulema). They claim that truly democratic consensus should involve the entire community rather than a small and conservative clerical class, especially since there is no hierarchical system in Islam.
Ijtihad

Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad telah wafat sehingga tidak bisa langsung menanyakan pada beliau tentang suatu hukum namun hal-hal ibadah tidak bisa diijtihadkan. Beberapa macam ijtihad antara lain

* Ijma', kesepakatan para ulama
* Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya
* Maslahah Mursalah, untuk kemaslahatan umat
* 'Urf, kebiasaan
Syariat Islam adalah ajaran Islam yang membicarakan amal manusia baik sebagai makluk ciptaan Allah maupun hamba Allah.

Terkait dengan susunan tertib Syari'at, Al Quran Surat Al Ahzab ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan RasulNya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan RasulNya belum menetapkan ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam Surat Al Maidah QS 5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah.

Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara' dan perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'.

* Asas Syara'

Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana Al Quran itu Asas Pertama Syara' dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara'. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad saw hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.

Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati syari'at Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syari'at yang berlaku.

* Furu' Syara'

Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist. Kedudukannya sebaga Cabang Syari'at Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya.

Selasa, 05 Januari 2010

TAMPILAN LUAR DI KALANGAN MAHASISWA

1.Latar belakang

Pada mulanya peneliti mulai kuliah di iani sunan ampel,peneliti mendapatkan sesuatu yang beda yang terdapat dalam kampus tersebut,yaitu tentang busana yang dikenakan oleh mahasiswa yang study di kampus tersebut.
Namun pada kenyataannya,peneliti menemukan sebuah keunikan tersendiri terhadap busana yang di kenakan oleh mahasiswa-mahasiswi iain. Terlebih nya mahasiswi iain yang berbusana dengan menggunakan jilbab.semua mahasiswa iain menggunakan jilbab.padahal di universitas lain para mahasiswi tidak semuanya mengenakan jilbab sebagai busana nya saat kuliah.apa yang menyebabkan mahasiswi di kampus ini semuanya mengenakan jilbab.apa itu adalah sebuah kewajibab saat mengikuti perkuliahan di kampus.padahal tak sedikit mahasiwi iain saat dirumah tidak memakai jilbab.lantas apa yang menyebabkan mahasiswi iain semuanya mengenakan jilbab saat perkuliahan di kampus??
Dari sini peneliti ingin mengetahui apakah yang membuat mahasiswi iain semuanya mengenakan jilbab?Apakah jilbab di pakai untuk menutup-nutupi? Atau jilbab memang di kenakan sebagai iidentitas bahwa dia memang seorang muslim sejati?
2.Rumusan masalah
Apakah tampilan luar seseorang seperti cara dia berbusana dan pemakaian aksesoris dapat mempengaruhi anggapan seseoramg terhadap diriya,misalnya seperti pemakaian busana yang rapi dan pamakaian aaksesoris dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap orang lain dan benarkah bahwa perilaku seseorang juga dapat mempengaruhi persepsi orang lain terhadap dirinya..?


3.METODOLOGI PENELITIAN
a.diskripsi latar
Peneliti mengambil judul tentang tampilan luar mahasiswa, tampilan luar mahasiwa bisa meliputi busana. Peneliti mengambil judul itu kareana peneliti merasa bahwa judul tersebut cukup menarik untuk diteliti. Terlebih di kampus khususnya di iain mahasiswinya semua memakai jilbab padahal memakai jilbab bukan lah sebuah kewajiban bagi seorang wanita. Di iain seluruh mahasiswinya memakai jilbab, berbeda dengan di kampus lainnya, seperti UNESA ataupun UNAIR. Mahasiswinya di beri kebebasan boleh memakai jilbab atau tidak.disini peneliti ingin mengetahui apa yang mendorong mahasiswi iain untuk memakai jilbab saat berada di lingkungan kampus.
b.Tahapan penelitian
Tahap penelitian ada 3 antara lain:
.1 pra penelitian
.2penelitian ( wawancara)
.3setelah penelitian (laporan)
pra penelitian ,pada saat ini peneliti memprersiapkan sejumlah pertanyaan dan memilih narasumber yang di rasa pas untuk menjawab pertanyaan yang telah di siapkan oleh peneliti, sertamengatur tempat yang pas untuk mewawancarai narasumber tersebut.
Penelitian, pada saat ini peneliti mengadakan wawancara dengan nara sumber yang telah di pilih untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang di telah di persiapkan oleh peneliti serta mengatur tempat dan waktu yang tepat untuk mengadakan penelitian tersebut.
Setelah penelitian, pada saat ini peneliti menulis segala hasil yang diperoleh pada saat melakukan wawancara dengan narasumber dan menulisnya dalam bentuk laporan secara mendetail.



c.Teknik pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan pengamatan yang dilakukan sehari-hari oleh peneliti di lingkungan kampus serta melakukan wawancara kepada narasumber yang notabene adalah mahasiswa yang keseharian annya berada di lingkungan kampus iain sunan ampel serta mengetahui tentang mengapa mahasiswi iain mengenakan kerudung saat berada dilungkungan kampus, walapun saat diluar lingkungan kampus tidak semua mahasiswi iain mengenakan kerudung.
Di iain sunan ampel semua mahasiswinya mengenakan jilbab saat berada di dalam lingkungan kampus, dikarenakan kenapa, karena iain adalah Universitas yang berbasiskan islam dan menjunjung tinggi kaidah agama islam, seperti pada pakaian. Pakaian yang islami mempunyai ciri sebagai berikut:
Menutup aurat
Tidak terlalu tipis
Tidak ketat atau terlalu sempit
Di iain sunan ampel seluruh amasiswinya di wajibkan untuk memakai pakaian ayng islami ,sopan, menutup aurat.
Oleh karena itu seluruh mahasiswi iain mengenakan jilbab saat berada di dalam lingkungan kampus.
Berbeda dengan di universitas lainnya yang tidak berbau islam, Contohnya di UNAIR atau di UNESA. Di kampus tersebut lebih mengutamakan pendidikan umumnya dari pada aspek agamanya. Oleh karena itu bila dilhat dari sudut busana yang dikenakan bisa kelihatan.
Bila mahasiswi iain identik dengan jilbab dan busana yang sopan serta menutup aurat, sedangkan di UNAIR atau UNESA busananya lebih bebas, terutama dari pemakaian jilbab, di UNAIR boleh memakai atau tidak memakai jilbab.



Pada saat ini lebih di utamakan agar nara sumber tidak tau bila sedang di wawancarai:

Pengumpulan dan pencatatan data:
Informan No 1

Latar belakang informan( Setting)

Informan ini Bernama M.faishol. Dia biasa di panggil dengan nama faishol. Dia seorang laki-laki berumur 20 tahun yang berasal dari Daerah Madura, Tepatnya dari desa Bangkalan. Dia merupakan salah satu Mahasiswa iain Sunan ampel Fakultas Dakwah yang mengambil Prodi Komunikasi. Pria ini sekarang berdomisili di Jln. Margo rejo Surabaya
Ketika peneliti Mewawancarai Faishol, Dia sedang berada di warung belakan kampus Untuk menikmati segelas air es the karena pada waktu itu cuacanya sangat panas sekali.
Selang beberapa menit faishol menyapa peneliti, lalu peneliti melontarkan beberapa pertanyaan kepada faishol.

Hasil wawancara
“Tidak mungkin karena nama intitusinya saja sudah islam, kata faishol sambil tertawa karena pertanyaan yang saya ajukan. Dia berkata bahawa istitusi islam seperti iain dan UIN yang ada di negara indonesia semua mahasiswinya mengenakan jilbab saat beraktifitas, seperti saat study kuliah di kampus, dan saat peneliti bertanya tentang apakah benar mahasiswi iai saat berada di luar lingkungan kampus contohnya saat beraktifitas di rumah juga mengenakan jilbab, ia menjawab bahwa tidak semua mahasiswi iain saat berada di luar lingkungan kampus semuanya mengenakan jilbab.



Informan No 2

Latar belakang informan( Setting)
Informan kedua ini bernama lengkap Rizky adi susanto, Dia biasa akrab di panggil dengan sebuta Rizky. Dia seorang laki-laki berusia 19 tahun yang berasal dari kota pasuruan. Tepatnya dari desa Trawas. Dia juga merupakan mahasiswa iain fakultas dakwah yang mengambil prodi psikologi. Dia sekarang berdomisili di daerah karangmenjangan Surabaya.
Pada saat itu peneliti sengaja pergi ke tempat tinggalnya rizky yang berada di daerah karang menjangan ntuk meminta pertolongan karena pada saat itu peneliti mau mencari referensi dari internet untuk menyelesaikan tugas mata kulia pengantar ilmu politik,penelit meminta pertolongan kepada dia karena dia selain sebagai seorang mahasiswa, dia juga bekerja sebagai penjaga warnet.
tak seberapa lama kemudian peneliti tiba di tempat tinggalnya rizky,kemudian peneliti mengajukan pertanyaan kepada Rizky.

Hasil wawancara
“ Waaaa asyik dunk kalau mahasiswa iain tidak memakai jilbab, wuuui pasti lebih menarik dan g’ ngebosenin, seperti mahasiswa di UNAIR, UNESA dan di perguruan tinggi lainya. Tapi tidak mungkin karean namanya saja iain”institut agama islam negeri” pastilah mahasiswinya semua di wajibkan untuk memakai jilbab karena di depan rektorat ada tulisan yang bertuliskan” Kawasan wajib berbusana Muslim”. Setelah itu peneliti menanyakan lagi apakah benar seluruh mahasiswi iain jika berada di luar lingkungan kampus juga mengenakan jilbab seperti saat sedang melakukan study di kampus, ia bila bahwa tidak semua mahasiswa iain mengenakan jilbab saat berada di luar lingkungan kampus, tapi jika ada mahasiswi iain yang terlihat tidak mengenakan jilbab saat berada di luar kampus terpergok tidak memakai jilbab pasti akan merasakan rasa malu,karena jilbab dipakai saat di kapmus seolah-olah di jadikan untuk menutupi kejelekannya. Tidak semua mahasiswi iain yang memakai jilbab adalah muslim sejati, karena keimanan seseorang itu sifatnya abstrak dan hanya ALLAH yang tau tentang keimanan seseorang

Informan No 3

Latar Belakang Informan( Setting)
Informan ini Bernama M.syaifudin, Dia Biasa akrab di panggil dengan sebutan syaifudin. Dia seorang laki-laki berumur 20 tahun yang berasal dari kota Majalengka Tepatnya dari desa mirat blok sabtu kecamatan leumunding. Dia juga seorang Mahasiswa di Iain. Fakultas dakwah Prodi Komunikasi. Dia sekarang berdomisili di daerah wonocolo, tepatnya di Pondok An-nur.
Pada saat itu Peneliti dengan informan berbincang-bincang Didalam kelas sambil menunggu dosen Pak choirul arief datang.
Sambil berbincang-bincang penelit menyelipkan beberapa pertanyaan tentang tugas penelitian kualitatifnya.

Hasil wawancara
“ Kaya’nya gak mungkin deh kalau di iain mahasiswinya tidak memakai jilbab, dari nama instasinya saja sudah bisa di tebak institut agama islam negeri, ya jelas mahasiswinya semua harus memakai jilbab walaupun pada saat di luar lingkungan kampus dia tidak memakai jilbab, jilbab bukanlah alat yang bisa mengukur keimanan seseorang, karena keimanan seseorang sifatnya abstrak dan hanya ALLAH yang tau, banyak orang jaman sekarang, benar dia memakai jilbab tapi hanya untuk menutup-nutupi saja kejelekannya


Informan No 4

Latar belakang Informan( Setting)
Informan keempat ini bernama lengkap Nurul qomar. Dia biasa di panggil dengan nama qomar. Dia seorang laki-laki berumur 20 tahun yang berasal dari kota surabaya tepatnya di desa gunung anyar rungkut. Dia juga salah seorang mahasiswa iain sunan ampel prodi psikologi. Dia sekarang berdomisili di daerah gunung anyar rungkut surabaya.
Pada waktu itu peneliti dalam perjalanan hendak pulang kerumah, setelah beraktifitas di kampus. Tapi sebelum pulang peneliti membaca korang terlebih dahulu di depan akademik fakultas Dakwah, tiba-tiba qomar datang menghampiri peneliti, dan mengajak peneliti untuk pulang bareng sekalian peneliti hendak mewawancarainya dan bersilaturrahmi ke rumahnya.
Setelah sampai di rumahnya qomar peneliti di beri air minum dan gelas agar suasana lebih rileks, selang beberapa menit kemudia peneliti melontarkan beberapa pertanyaan kepada qomar.

Hasil wawancara

“ Di iain pasti semua mahasiswinya mengenakan busana yang santun dan juga mengenakan jilbab, di liahat dari nama kampusnya saja sudah bisa di tebak, walapun kesehariannya ada yang tidak mengenakan jilabab saat mahasiswi iain berada di luar lingkungan kampus. Tapi saat di kampus mereka( mahasiswi iain) di wajibkan untuk mengenakan jilbab sebagai pembeda dengan mahasiswi lainnya seperti mahasiswi dari UNAIR dan universitas lainnya, pemakaian jilbab merupakan identitas dan ciri khas tersendiri dan sebagai simbol kalau mahasiswa iain. Pemakaian jilbab juga sebagai alat untuk menutupi aurat dan mengurangi nafsu dari laki-laki. Tidak semua mahasiswi iain mngenakan jilbab sebagai penupi untuk menutupi keburukan tingkah lakunya tingkah laku itu berasal dari diri seorang itu sendiri, bukan karena dia memakai jilbab dia bisa di bilang sebagai seorang yang muslim, tentang keimanan seseorang hanya alaah yang tau karena keimanan seseorang tidak bisa di lihat dengan panca indera.
Informan No 5

Latar belakang Informan( Setting)

Informan kelima ini bernama lengkap Madinatul Munawarah, Biasa di panggil dengan Dina. Dia seorang perempuan berumur 20 tahun yang berasal dari kota surabaya, tepaynya di klampis semalang kelurahan klampis ngasem kecamatan sukolilo surabaya. Dia merupakan salah seorang mahasiswi dari UNESA dan dia sekarang berdomisili di klampis semalang surabaya
Pada saat itu peneliti sudah membuat janji dengannya akan berkunjung ke kampusnya( UNESA) karena peneliti merasa bosan setelah melihat suasana yang cenderung membosankan, dan peneliti ingin merasakan suasana baru di luar kampus..
Setelah sampai disana( di UNESA) di sana peneliti melihat suatu suasana yang berbeda sekali dengan di iain, kaena selama ini di iain mahasiswinya identik dengan pakaian busana yang rapi plus memakai jilbab. Di UNESA peneliti melihat bahwa mahasiswi yang kuliah di sana ada yang memakai jilbab dan ada yang tidak memakai jilbab. Kemudia peneliti bertemu dengan dina di tempat yang telah di janjikan. Sambil duduk di sebuah warung peneliti mengajak dian ngobrol-ngobrol dan menyelipkan beberapa pertanyaan tentang penelitiannya di dalam obrolan tersebut.
Hasil wawancara
“ di UNESA tidak ada kewajibab yang mewajibkan seorang mahasiswi memakai jilbab, di UNESA bebas tentang pemakaian jilbab. Ia sendiri tergolong sebagai seorang wanita yang menggunakan jilbab saat berada di luar rumah karena murut dia bila seorang wanita memakai jilbab maka terlihat santun dan lebih terkesan sebagai seorang yang muslimah.
ANALISIS DAN PENAFSIRAN DATA
No
1

Jilbab

Kategori Fiqih Muslimah, Jilbab by Ummu Raihanah
Allah Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab:59)



2
pakaian
Mereka benar-benar menjadikan jilbab sebagai penutup tubuh dan aurat sebagai bentuk ketaatan pada perintahNya sedangkan kita justru sebaliknya menjadikan jilbab sebagai pembuka fitnah kecuali wanita-wanita yang dirahmati Allah.
. Jilbab Wanita Muslimah menurut Al-Qur’an dan Sunnah, Syaikh Nashiruddin Al-Albani,Pustaka Tibyan,Solo.


Logistik penelitian
a.Secara keseluruhan
Pada saat ini banyak sekali tren-tren mode busana yang beraneka ragam.tapi disini kita lebih menokuskan terhadap pakaian yang sopan untuk di kenakan. Terlebih pada busana perempuan.
Busana yang sopan untuk dilenakan oleh perempuan adalah busana yang memakai jilbab, tidak tipis dan tidak memunculkan bentuk tubuhnya.
Di sini peneliti akan membahas tentang tampilan luar di dalam mahasiswa.yang identik dengan busana.
Apa yang akan di bahas peneliti menyangkut tentang kenapa seluruh mahasiswi iain seluruhnya memakai jilbab, padahal memakai jilbab hukumnya tidaklah wajib, melainkan seuah anjuran untuk berpakaian lebih sopan yang dikemukakan oleh nabi Muhammad SAW.
Serta Berbeda dengan di UNIVERSITAS lain seperti di UNESA dan UNAIR, di kedua Universitas tersebut tidak diwajibkan kepada seluruh mahasiswinya untuk mewjibkan memakai jilbab, mahasiswi di kedua universitas tersebut di berikebebasan untuk mengenakan busana walapun tak memakai jilbab.
Setelah itu peneliti kemudian menyusun sejumlah pertanyaan untuk di tanyakan kepada sejumlah nara sumber,mempersiapkan waktu yang tepat, dan setelah wawancara membuat laporan.
b.Sebelum terjun ke lapangan
Peneliti terlebih dahulu mempersiapakan segala sesuatu agar terjadinya ke suksesan kegiatan wawancara tersebut.,seperti mempersiapkan pertanyaan, memperkirakan waktu yang tepat dan mencari tempat yang pas untuk membicarakan maslah yang hendak diteliti oleh peneliti..



c.Pada saat turun ke lapangan atau wawancara berlangsung, pertanyaan sebanyak sepuluh point inti tersebut atau yang disebut dengan pedoman wawancara itu dapat berkembang atau dikembangkan sendiri untuk mendapat informasi yang lebih banyak dari para informan
d.Sesudah Kegiatan Lapangan
Saat kegiatan wawancara telah usai, kini saatnya daya ingat peneliti dipertaruhkan. Sebab pada saat wawancara berlangsung sudah barang tentu beberapa informasi dari para informan tidak sempat saya catat.
e.Mengakhiri dan Menutup Kegiatan
Setelah semua pernyataan-pernyataan dari para informan terkumpul dan telah di tulis oleh peneliti sesuai dengan biodata dan jawaban dari masing-masing informan. Langkah selanjutnya saya harus membuat laporan penelitian kualitatif tentang judul yang saya ambil tersebut.
Pemeriksaan Keabsahan Data
A.Perpanjangan Keikutsertaan
B.Ketekunan Pengamatan
Dalam proses wawancara dengan para informan peneliti menggunakan cara yakni dengan bertemu langsung atau face to face
C.Trianggulasi
D.Pemeriksaan Sejawat
E.Uraian Tebal
F.Auditing
Proses pengeditan atau auditing dalam laporan penelitian kualitatif saya menggunakan tulisan dengan format Times new roman yang berukuran font 12 dan page setupnya menggunakan Paper A4, serta marginsnya masing-masing yakni: Top 2.54, Bottom 2.54, Right 2.54, Left 2.54
Penelitian Laporan dan Penyerahan Laporan

Senin, 04 Januari 2010

TAMPILAN LUAR DI KALANGAN MAHASISWA

1.Latar belakang

Pada mulanya peneliti mulai kuliah di iani sunan ampel,peneliti mendapatkan sesuatu yang beda yang terdapat dalam kampus tersebut,yaitu tentang busana yang dikenakan oleh mahasiswa yang study di kampus tersebut.
Namun pada kenyataannya,peneliti menemukan sebuah keunikan tersendiri terhadap busana yang di kenakan oleh mahasiswa-mahasiswi iain. Terlebih nya mahasiswi iain yang berbusana dengan menggunakan jilbab.semua mahasiswa iain menggunakan jilbab.padahal di universitas lain para mahasiswi tidak semuanya mengenakan jilbab sebagai busana nya saat kuliah.apa yang menyebabkan mahasiswi di kampus ini semuanya mengenakan jilbab.apa itu adalah sebuah kewajibab saat mengikuti perkuliahan di kampus.padahal tak sedikit mahasiwi iain saat dirumah tidak memakai jilbab.lantas apa yang menyebabkan mahasiswi iain semuanya mengenakan jilbab saat perkuliahan di kampus??
Dari sini peneliti ingin mengetahui apakah yang membuat mahasiswi iain semuanya mengenakan jilbab?Apakah jilbab di pakai untuk menutup-nutupi? Atau jilbab memang di kenakan sebagai iidentitas bahwa dia memang seorang muslim sejati?
ARumusan masalah
Apakah tampilan luar seseorang seperti cara dia berbusana dan pemakaian aksesoris dapat mempengaruhi anggapan seseoramg terhadap diriya,misalnya seperti pemakaian busana yang rapi dan pamakaian aaksesoris dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap orang lain dan benarkah bahwa perilaku seseorang juga dapat mempengaruhi persepsi orang lain terhadap dirinya..?


BDeskripsi latar
Peneliti mengambil judul tentang tampilan luar mahasiswa, tampilan luar mahasiwa bisa meliputi busana. Peneliti mengambil judul itu kareana peneliti merasa bahwa judul tersebut cukup menarik untuk diteliti. Terlebih di kampus khususnya di iain mahasiswinya semua memakai jilbab padahal memakai jilbab bukan lah sebuah kewajiban bagi seorang wanita. Di iain seluruh mahasiswinya memakai jilbab, berbeda dengan di kampus lainnya, seperti UNESA ataupun UNAIR. Mahasiswinya di beri kebebasan boleh memakai jilbab atau tidak.disini peneliti ingin mengetahui apa yang mendorong mahasiswi iain untuk memakai jilbab saat berada di lingkungan kampus.
.aTahapan penelitian
Tahap penelitian ada 3 antara lain:
.1 pra penelitian
.2penelitian ( wawancara)
.3setelah penelitian (laporan)
pra penelitian ,pada saat ini peneliti memprersiapkan sejumlah pertanyaan dan memilih narasumber yang di rasa pas untuk menjawab pertanyaan yang telah di siapkan oleh peneliti, sertamengatur tempat yang pas untuk mewawancarai narasumber tersebut.
Penelitian, pada saat ini peneliti mengadakan wawancara dengan nara sumber yang telah di pilih untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang di telah di persiapkan oleh peneliti serta mengatur tempat dan waktu yang tepat untuk mengadakan penelitian tersebut.
Setelah penelitian, pada saat ini peneliti menulis segala hasil yang diperoleh pada saat melakukan wawancara dengan narasumber dan menulisnya dalam bentuk laporan secara mendetail.



CTeknik pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan pengamatan yang dilakukan sehari-hari oleh peneliti di lingkungan kampus serta melakukan wawancara kepada narasumber yang notabene adalah mahasiswa yang keseharian annya berada di lingkungan kampus iain sunan ampel serta mengetahui tentang mengapa mahasiswi iain mengenakan kerudung saat berada dilungkungan kampus, walapun saat diluar lingkungan kampus tidak semua mahasiswi iain mengenakan kerudung.
Di iain sunan ampel semua mahasiswinya mengenakan jilbab saat berada di dalam lingkungan kampus, dikarenakan kenapa, karena iain adalah Universitas yang berbasiskan islam dan menjunjung tinggi kaidah agama islam, seperti pada pakaian. Pakaian yang islami mempunyai ciri sebagai berikut:
Menutup aurat
Tidak terlalu tipis
Tidak ketat atau terlalu sempit
Di iain sunan ampel seluruh amasiswinya di wajibkan untuk memakai pakaian ayng islami ,sopan, menutup aurat.
Oleh karena itu seluruh mahasiswi iain mengenakan jilbab saat berada di dalam lingkungan kampus.
Berbeda dengan di universitas lainnya yang tidak berbau islam, Contohnya di UNAIR atau di UNESA. Di kampus tersebut lebih mengutamakan pendidikan umumnya dari pada aspek agamanya. Oleh karena itu bila dilhat dari sudut busana yang dikenakan bisa kelihatan.
Bila mahasiswi iain identik dengan jilbab dan busana yang sopan serta menutup aurat, sedangkan di UNAIR atau UNESA busananya lebih bebas, terutama dari pemakaian jilbab, di UNAIR boleh memakai atau tidak memakai jilbab.



Pada saat ini lebih di utamakan agar nara sumber tidak tau bila sedang di wawancarai:

Pengumpulan dan pencatatan data:
Informan No 1

Latar belakang informan( Setting)

Informan ini Bernama M.faishol. Dia biasa di panggil dengan nama faishol. Dia seorang laki-laki berumur 20 tahun yang berasal dari Daerah Madura, Tepatnya dari desa Bangkalan. Dia merupakan salah satu Mahasiswa iain Sunan ampel Fakultas Dakwah yang mengambil Prodi Komunikasi. Pria ini sekarang berdomisili di Jln. Margo rejo Surabaya
Ketika peneliti Mewawancarai Faishol, Dia sedang berada di warung belakan kampus Untuk menikmati segelas air es the karena pada waktu itu cuacanya sangat panas sekali.
Selang beberapa menit faishol menyapa peneliti, lalu peneliti melontarkan beberapa pertanyaan kepada faishol.

Hasil wawancara
“Tidak mungkin karena nama intitusinya saja sudah islam, kata faishol sambil tertawa karena pertanyaan yang saya ajukan. Dia berkata bahawa istitusi islam seperti iain dan UIN yang ada di negara indonesia semua mahasiswinya mengenakan jilbab saat beraktifitas, seperti saat study kuliah di kampus, dan saat peneliti bertanya tentang apakah benar mahasiswi iai saat berada di luar lingkungan kampus contohnya saat beraktifitas di rumah juga mengenakan jilbab, ia menjawab bahwa tidak semua mahasiswi iain saat berada di luar lingkungan kampus semuanya mengenakan jilbab.



Informan No 2

Latar belakang informan( Setting)
Informan kedua ini bernama lengkap Rizky adi susanto, Dia biasa akrab di panggil dengan sebuta Rizky. Dia seorang laki-laki berusia 19 tahun yang berasal dari kota pasuruan. Tepatnya dari desa Trawas. Dia juga merupakan mahasiswa iain fakultas dakwah yang mengambil prodi psikologi. Dia sekarang berdomisili di daerah karangmenjangan Surabaya.
Pada saat itu peneliti sengaja pergi ke tempat tinggalnya rizky yang berada di daerah karang menjangan ntuk meminta pertolongan karena pada saat itu peneliti mau mencari referensi dari internet untuk menyelesaikan tugas mata kulia pengantar ilmu politik,penelit meminta pertolongan kepada dia karena dia selain sebagai seorang mahasiswa, dia juga bekerja sebagai penjaga warnet.
tak seberapa lama kemudian peneliti tiba di tempat tinggalnya rizky,kemudian peneliti mengajukan pertanyaan kepada Rizky.

Hasil wawancara
“ Waaaa asyik dunk kalau mahasiswa iain tidak memakai jilbab, wuuui pasti lebih menarik dan g’ ngebosenin, seperti mahasiswa di UNAIR, UNESA dan di perguruan tinggi lainya. Tapi tidak mungkin karean namanya saja iain”institut agama islam negeri” pastilah mahasiswinya semua di wajibkan untuk memakai jilbab karena di depan rektorat ada tulisan yang bertuliskan” Kawasan wajib berbusana Muslim”. Setelah itu peneliti menanyakan lagi apakah benar seluruh mahasiswi iain jika berada di luar lingkungan kampus juga mengenakan jilbab seperti saat sedang melakukan study di kampus, ia bila bahwa tidak semua mahasiswa iain mengenakan jilbab saat berada di luar lingkungan kampus, tapi jika ada mahasiswi iain yang terlihat tidak mengenakan jilbab saat berada di luar kampus terpergok tidak memakai jilbab pasti akan merasakan rasa malu,karena jilbab dipakai saat di kapmus seolah-olah di jadikan untuk menutupi kejelekannya. Tidak semua mahasiswi iain yang memakai jilbab adalah muslim sejati, karena keimanan seseorang itu sifatnya abstrak dan hanya ALLAH yang tau tentang keimanan seseorang

Informan No 3

Latar Belakang Informan( Setting)
Informan ini Bernama M.syaifudin, Dia Biasa akrab di panggil dengan sebutan syaifudin. Dia seorang laki-laki berumur 20 tahun yang berasal dari kota Majalengka Tepatnya dari desa mirat blok sabtu kecamatan leumunding. Dia juga seorang Mahasiswa di Iain. Fakultas dakwah Prodi Komunikasi. Dia sekarang berdomisili di daerah wonocolo, tepatnya di Pondok An-nur.
Pada saat itu Peneliti dengan informan berbincang-bincang Didalam kelas sambil menunggu dosen Pak choirul arief datang.
Sambil berbincang-bincang penelit menyelipkan beberapa pertanyaan tentang tugas penelitian kualitatifnya.

Hasil wawancara
“ Kaya’nya gak mungkin deh kalau di iain mahasiswinya tidak memakai jilbab, dari nama instasinya saja sudah bisa di tebak institut agama islam negeri, ya jelas mahasiswinya semua harus memakai jilbab walaupun pada saat di luar lingkungan kampus dia tidak memakai jilbab, jilbab bukanlah alat yang bisa mengukur keimanan seseorang, karena keimanan seseorang sifatnya abstrak dan hanya ALLAH yang tau, banyak orang jaman sekarang, benar dia memakai jilbab tapi hanya untuk menutup-nutupi saja kejelekannya


Informan No 4

Latar belakang Informan( Setting)
Informan keempat ini bernama lengkap Nurul qomar. Dia biasa di panggil dengan nama qomar. Dia seorang laki-laki berumur 20 tahun yang berasal dari kota surabaya tepatnya di desa gunung anyar rungkut. Dia juga salah seorang mahasiswa iain sunan ampel prodi psikologi. Dia sekarang berdomisili di daerah gunung anyar rungkut surabaya.
Pada waktu itu peneliti dalam perjalanan hendak pulang kerumah, setelah beraktifitas di kampus. Tapi sebelum pulang peneliti membaca korang terlebih dahulu di depan akademik fakultas Dakwah, tiba-tiba qomar datang menghampiri peneliti, dan mengajak peneliti untuk pulang bareng sekalian peneliti hendak mewawancarainya dan bersilaturrahmi ke rumahnya.
Setelah sampai di rumahnya qomar peneliti di beri air minum dan gelas agar suasana lebih rileks, selang beberapa menit kemudia peneliti melontarkan beberapa pertanyaan kepada qomar.

Hasil wawancara

“ Di iain pasti semua mahasiswinya mengenakan busana yang santun dan juga mengenakan jilbab, di liahat dari nama kampusnya saja sudah bisa di tebak, walapun kesehariannya ada yang tidak mengenakan jilabab saat mahasiswi iain berada di luar lingkungan kampus. Tapi saat di kampus mereka( mahasiswi iain) di wajibkan untuk mengenakan jilbab sebagai pembeda dengan mahasiswi lainnya seperti mahasiswi dari UNAIR dan universitas lainnya, pemakaian jilbab merupakan identitas dan ciri khas tersendiri dan sebagai simbol kalau mahasiswa iain. Pemakaian jilbab juga sebagai alat untuk menutupi aurat dan mengurangi nafsu dari laki-laki. Tidak semua mahasiswi iain mngenakan jilbab sebagai penupi untuk menutupi keburukan tingkah lakunya tingkah laku itu berasal dari diri seorang itu sendiri, bukan karena dia memakai jilbab dia bisa di bilang sebagai seorang yang muslim, tentang keimanan seseorang hanya alaah yang tau karena keimanan seseorang tidak bisa di lihat dengan panca indera.
Informan No 5

Latar belakang Informan( Setting)

Informan kelima ini bernama lengkap Madinatul Munawarah, Biasa di panggil dengan Dina. Dia seorang perempuan berumur 20 tahun yang berasal dari kota surabaya, tepaynya di klampis semalang kelurahan klampis ngasem kecamatan sukolilo surabaya. Dia merupakan salah seorang mahasiswi dari UNESA dan dia sekarang berdomisili di klampis semalang surabaya
Pada saat itu peneliti sudah membuat janji dengannya akan berkunjung ke kampusnya( UNESA) karena peneliti merasa bosan setelah melihat suasana yang cenderung membosankan, dan peneliti ingin merasakan suasana baru di luar kampus..
Setelah sampai disana( di UNESA) di sana peneliti melihat suatu suasana yang berbeda sekali dengan di iain, kaena selama ini di iain mahasiswinya identik dengan pakaian busana yang rapi plus memakai jilbab. Di UNESA peneliti melihat bahwa mahasiswi yang kuliah di sana ada yang memakai jilbab dan ada yang tidak memakai jilbab. Kemudia peneliti bertemu dengan dina di tempat yang telah di janjikan. Sambil duduk di sebuah warung peneliti mengajak dian ngobrol-ngobrol dan menyelipkan beberapa pertanyaan tentang penelitiannya di dalam obrolan tersebut.

Hasil wawancara
“ di UNESA tidak ada kewajibab yang mewajibkan seorang mahasiswi memakai jilbab, di UNESA bebas tentang pemakaian jilbab. Ia sendiri tergolong sebagai seorang wanita yang menggunakan jilbab saat berada di luar rumah karena murut dia bila seorang wanita memakai jilbab maka terlihat santun dan lebih terkesan sebagai seorang yang muslimah.
Analisis
No
1

Jilbab

Kategori Fiqih Muslimah, Jilbab by Ummu Raihanah
Allah Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab:59)



2
pakaian
Mereka benar-benar menjadikan jilbab sebagai penutup tubuh dan aurat sebagai bentuk ketaatan pada perintahNya sedangkan kita justru sebaliknya menjadikan jilbab sebagai pembuka fitnah kecuali wanita-wanita yang dirahmati Allah.
. Jilbab Wanita Muslimah menurut Al-Qur’an dan Sunnah, Syaikh Nashiruddin Al-Albani,Pustaka Tibyan,Solo.


Logistik penelitian
a.Secara keseluruhan
Pada saat ini banyak sekali tren-tren mode busana yang beraneka ragam.tapi disini kita lebih menokuskan terhadap pakaian yang sopan untuk di kenakan. Terlebih pada busana perempuan.
Busana yang sopan untuk dilenakan oleh perempuan adalah busana yang memakai jilbab, tidak tipis dan tidak memunculkan bentuk tubuhnya.
Di sini peneliti akan membahas tentang tampilan luar di dalam mahasiswa.yang identik dengan busana.
Apa yang akan di bahas peneliti menyangkut tentang kenapa seluruh mahasiswi iain seluruhnya memakai jilbab, padahal memakai jilbab hukumnya tidaklah wajib, melainkan seuah anjuran untuk berpakaian lebih sopan yang dikemukakan oleh nabi Muhammad SAW.
Serta Berbeda dengan di UNIVERSITAS lain seperti di UNESA dan UNAIR, di kedua Universitas tersebut tidak diwajibkan kepada seluruh mahasiswinya untuk mewjibkan memakai jilbab, mahasiswi di kedua universitas tersebut di berikebebasan untuk mengenakan busana walapun tak memakai jilbab.
Setelah itu peneliti kemudian menyusun sejumlah pertanyaan untuk di tanyakan kepada sejumlah nara sumber,mempersiapkan waktu yang tepat, dan setelah wawancara membuat laporan.
b.Sebelum terjun ke lapangan
Peneliti terlebih dahulu mempersiapakan segala sesuatu agar terjadinya ke suksesan kegiatan wawancara tersebut.,seperti mempersiapkan pertanyaan, memperkirakan waktu yang tepat dan mencari tempat yang pas untuk membicarakan maslah yang hendak diteliti oleh peneliti..
c.Pada saat turun ke lapangan atau wawancara berlangsung, pertanyaan sebanyak sepuluh point inti tersebut atau yang disebut dengan pedoman wawancara itu dapat berkembang atau dikembangkan sendiri untuk mendapat informasi yang lebih banyak dari para informan
d.Sesudah Kegiatan Lapangan
Saat kegiatan wawancara telah usai, kini saatnya daya ingat peneliti dipertaruhkan. Sebab pada saat wawancara berlangsung sudah barang tentu beberapa informasi dari para informan tidak sempat saya catat.
e.Mengakhiri dan Menutup Kegiatan
Setelah semua pernyataan-pernyataan dari para informan terkumpul dan telah di tulis oleh peneliti sesuai dengan biodata dan jawaban dari masing-masing informan. Langkah selanjutnya saya harus membuat laporan penelitian kualitatif tentang judul yang saya ambil tersebut.