Siapkah IAIN menjadi UIN???
Pembicaraan mengenai rencana konversi IAIN menjadi UINmemang bukanlah halyang barau.hal ini telahsanter dibicarakan sejaktahun2006.ketika mentri Agama yang menjabat pada waktu itu, Maftuh Basyuni menyatakan bahwatak perlu lagi ada IAIN yang dikonservasi menjadi UIN. Beliau beralasan bahwa nantinya UIN justru akan lebih focus pada studi umum daripada studi keagamaan. Hal inididasarkan pdada fakta 6 UIN yang telah mendahului menjadi UIN.
Berbicara mengenai rencana tersebut, pada dasarnya ada dua sisi yang diperhitungkan, yaitu orientasi sekarang dan kedepan. Terkait adanya beberapa regulasi untuk memekarkan institusi yang ada di Indonesia, terutama dibidang pendidikan. Melalui format UIN diharapakn IAIN nantinya akan jauh lebih fleksibel. Fleksibelitas tersebut ditinjau dari beberapa aspek diataranya:
Fleksibelitas program studi
Kesesuaiandengan tuntutanpasar, terkait output dan outcame
Pengembangan strategis terutama mengenaidukungan financial baikdomestik maupun luarnegeri
Namun kita juga tidak bisa menafikan bahwa alas an berdirinya IAIN adalah agar dapat menjadi pusat kajian keIslaman. Serta melestarikan warisan keilmuan dibidang keagamaan. Sebagaimana kesepakatan para Founding Father IAIN ,khususnya diwilayah JawaTimur. Dari sinilah dapat dipahami bahwa IAIN dianggap lebih strategis untuk merealisasikannya.
Terlepas dari semua itu, rencana konversi IAIN menjadi UIN tampaknya hanya tinggal menunggu hari. Perlahan tapi pasti. Seperti yang pernah diungkap oleh Rektor IAIN sendiri bahwa “Kesiapan tim sudah menunjukkkan greget yang amat tinggi untuk bisa menghasilkan proposal yang qualified, terkait perubahan IAIN menjadi UIN”melihat pernyataanterdsebur agaknyaIAIn memangtelahmempersiapaknsemua.
Lebih jauh mengenai kesiapan IAIN menghadapi konversi tersebut dapat dilihat dari tiga aspek. Pertama, mengenai kesiapan sarana dan prasarana. Dalam hal ini, IAIN memulai langkahnya dengan menggandeng beberapa Perguruan Tinggi Islam diluar negri. Seperti Cairo University, Minea University, Canal Suez University dan juga Al-Azhar University. Juga melalui pengiriman beberapa dosen untuk studi banding ke luar negeri. Kegiatan tersebut merupakan bukti bahwa IAIN tidak main-main dengan keinginannya.
Kedua, IAIN juga memiliki tugas penting terkait perubahannya nanti yakni kesiapan untuk tetap mempertahankan esensi keagamaan dalam pengembangan kedepannya. Jangan sampai IAIN mengalami nasib yang sama dengan para pendahulunya yang telah kehilangan jati diri. Dalam arti termarginalkannya studi-studi keagamaan. Menanggapi kekhawatiran tersebut, pihak IAIN dalam hal ini diwakili oleh Rektor, menyatakan bahwa nantinya basis keagamaan nantinya akan tetap menjadi core dalam pengembangan UIN (eksIAIN,red). Semua akan berada dalam koridornya masing-masing. Artinya antara studi umum dengan keagamaan akan dikembangkan secara seimbang.
Ketiga, mengenai tanggung jawab moral terhadap para lulusannya. Hal ini menjadi perbincangan menarik ditengah rencana konversi tersebut. Artinya dengan adanya konversi tersebut diharapkan para lulusan IAIN nantinya lebih diterima dimasyarakat. Kaitannya dengan lapangan pekerjaan, didukung dengan kepandaian dan skill yang memadai tentunya.
Namun sebagaimana kita ketahui semua ini masih teori belaka. Baik atau tidak kedepannya belum bisa diprediksi. Kita hanya bisa berharap usaha keras yang telah dilakukan akan berbuah manis. Paling tidak kita telah berani bermimpi untuk maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar